Kamis, 05 April 2012
Azab Zaman
Azab zaman
Terkilir roh menuju neraka
Di ganggu hasrat materi
Baju zirah pelindung dusta
Baris kalahkan sesat
Dunia busuk
Jangan sesalkan azab
Jagan sesalkan zaman
Zaman ada algojo
Zaman ada kehancuran
[01032012]
Adakah masyarakat ini [Indonesia], peduli buku dan mau membaca?
Ketika orang-orang mengatakan bahwa masyarakat kita adalah masyarakat
‘cangkul’ mereka lebih suka mencangkul dari pada membaca, bisa ditafsirkan
bahwa masyarakat kita lebih senang bergerak dari pada duduk diam bergulat
dengan pikirannya sendiri. Setujukah pernyataan itu?
Pergerakan dengan sebelumnya ada pemikiran yang terorganisir akan lebih
memuaskan mendapatkan suatu tujuan, tetapi bila bergerak tanpa berpikir
terlebih dahulu apalagi tidak terorganisir, emosi dan brutalitas yang ada
didalamnya.
Adapula pernyataan ‘Masyarakat kita mempunyai budaya loncat, yang
seharusnya masyarakat itu benar-benar harus menjadi masyarakat literasi
terlebih dahulu, namun belum budaya itu sampai, masyarakat sudah berbudaya pada
audio visual ‘si kotak ajaib/hipnotis’ televisi.
Masyarakat kelas menengah ke bawah lebih tertarik berbelanja pakaian, makanan,
dan perabotan rumah tangga dari pada buku, dan yang lebih mirisnya harga buku
di negeri ini sangat mahal tidak terjangkau bahkan untuk para mahasiswa
[akademisi muda]. Mereka berpikir untuk apa mahal-mahal membeli buku, lebih
baik membeli yang benar-benar bermanfaat untuk sehari-hari.
Pemerintah sudah berupaya dengan menyejahterakan rakyat dan pendidikan
dengan adanya anggaran untuk pendidikan, tetapi sistemnya masih bongkar pasang
‘labil’. Padahal kemajuan bangsa itu di dasari oleh pendidikan, kesehatan, dan
pertanian. Demi peradaban negeri yang lebih baik mereka tidak peduli.
Tidak pedulinya, mereka memberikan sistem/program/kurikulum untuk
pendidikan berubah-ubah bahkan lebih terkesan memanjakan pagi peserta didik
[siswa] dan orang tua muridnya untuk lebih menuntut pada sekolah yang mendidik
anaknya. Sangat jauh dengan cerita mendidik jaman dahulu memang jaman dahulu
itu mendidiknya seperti pendidikan jaman belanda dan jepang tetapi mereka
sangat menerapkan disiplin bukan memanjakan.
[30032012]
Langganan:
Postingan (Atom)