Kan ku tuangkan kecendawan mana air kehidupanku ini, segalanya adalah misteri, segalanya sering membuat raguku berkeliaran memenuhi rongga tubuh.
“Tuhan aku tidak kuat lagi menahan bendungan rapuh ini. Air kasih sayang ini ingin ku berbagi atasnya, tetapi Kau hanya tersenyum dengan misteri Mu, membiarkan aku mencari dan terus menahan genangan air ini yang semakin hari semakin bertambah.”
Ketakutan meraja karena ketidaktahuan, langkahku semakin ragu, mataku semakin cemas, pertanyaan-pertanyaan terus menembaki aku dengan berjuta pelurunya.
“Tuhan sebenarnya aku tidak mau ambil risiko, mungkin juga aku terlalu penakut tapi aku masih mengikuti perintah Mu. Tuhan peperangan di dalam diri ini semakin sengit dan bendungan rapuh itu sudah retak-retak, aku takut nanti air kehidupan kasih sayangnya akan membabi buta mengaliri apa saja. Tuhan lindungilah.”
Pasti semua ada yang menunggu ada juga yang di tunggu, waktu yang menjadi hakim kehidupan yang akan memutuskan kapan hari itu tiba.
Langit alam raya
Hujan petir
Matahari
Aku merindu sangat.....
Tetapi apakah rasa ini tanpa cendawan tuk menuangkannya
Purnama
Malam
Kabut
Aku ingin kejelasan dari senyum
Aku ingin bersama yang tersenyum
Pagi
Embun
Udara
Aku, sebentar lagi akan membongkar bendungan itu
Sendiri
Aku percaya pada naluriku bahwasannya;
“Air kasih sayang kehidupan itu akan menghancurkan bendungan rapuhnya, dan aku percaya air itu tidak akan keluar dari garis MU.”
Semoga Kau selalu tersenyum.
011109