Halaman

Rabu, 14 Maret 2012

Akhir Cerita Ki Pandji Kusmin dan Cerita Ku

Namun rakyat tidak heran atau marah. Seakan sudah jamak seorang presiden harus bohong dan buka mulut seenaknya. Rakyat Indonesia rata-rata memang pemaaf dan baik hati. Kebohongan dan kesalahan pemimpin selalu disambut dengan dada lapang.” (Langit Makin Mendung)

Ketika dewan perwakilan rakyat membangun gedung baru yang semakin angkuh dan menjauhkan dari kata perwakilan rakyat.
               
Sudahkah banyak rumah-rumah dan sekolah yang layak pakai oleh manusia?
                Sudahkah jalan dan jembatan benar-benar bisa di lalui dengan nyaman?
                Sudah berapa rumah dan gubuk yang telah di hancurkan, atas nama penertiban?
Sudahkah rumah-rumah dan sekolah-sekolah gedungnya memenuhi standar kesehatan?
                Tiada lagi tempat yang nyaman di negeri ini.

Dan pasti sudah ada lembaga statistik yang menghitung angka demikian, tetapi mungkin mereka tidak sanggup untuk menuliskannya karena berdirinya gedung baru teramat sangat memukul perikemanusiaan, tertunduk terharu membisu.


Ketika gorden gedung perwakilan rakyat di ganti dengan gorden yang seharga jutaan rupiah.

                Sudahkah seluruh rumah di negara Indonesia ini memiliki gorden?
                Sudahkah rumah-rumah rakyat negera Indonesia tertutup?

Dan untuk yang kedua kali, lembaga statistik tak bisa berbuat apa-apa. Hanya memegang erat hasil surveynya. Kemudian menangis

Ketika kloset dewan perwakilan rakyat di ganti dengan kloset baru, yang menelan biaya miliaran rupiah.

                Berapa banyak rakyat Indonesia yang sudah mempunyai jamban yang layak?
               
                Aku terlalu sakit untuk menuliskan tentang gambaran statistik kemiskinan negeri ini.

Rakyat Indonesia rata-rata memang pemaaf dan baik hati. Kebohongan dan kesalahan pemimpin selalu disambut dengan dada lapang.” (Langit Makin Mendung)

26022012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar